Teater Tubuh "MENUNGGU" karya-sutradara Yusril

Senin, 23 Januari 2012


Jumat-Sabtu, 18-19 Februari 2000, pukul 20.00 WIB
Pentas Teater Hitam Putih, Padang Panjang
"Menunggu"
Karya / Sutradara : Yusril
(Kerja sama dgn CCF
Jakarta)
Di Komunitas Utan Kayu (Teater Utan Kayu), Jl. Utan Kayu No. 68H, Jakarta
Timur. Telp. 8573388 / Fax. 8573387

Menungg
u
Media massa senantiasa menyuguhkan darah dan air mata. Bahasa tak lagi dapat
dipahami. Namun kita tahu bahwa rakyat dibantai, dicekik, dan dhisap
darahnya. Manusia dirobotkan. Sistem komu
nikasi mengalami error. Media massa
tak lagi mampu memberitakan apa-apa, kecuali menjadi corong penguasa.

Yusril, dosen teater STSI Padang Panjang y
ang menjadi sutradara pementasan
ini, menyadari bahwa pada akhirnya teat
er adalah sebentuk refleksi dari
persoalan yang begitu jamak dan rumit yang ada di sekitar kita. Aktualisasi
di atas pentas yang menghadirkan pelba
gai simbol dan karakter, niscaya
berada dalam satu wacana dengan kebebasan manusiadalam arti yang
seluas-luasnya.

Properti tidak hanya berfungsi sebaga
i setting mati, namun sekaligus
menjelaskan diri mereka sendiri:
teror, sampah, juga tanah pekuburan. Bahasa
tubuh, adegan-adegan akrobatik, menjadikan
lakon Menunggu sebagai sistem
semiotik dalam ruang dan waktunya sendiri. Segala elemen estetik terangkum
dlm kesatuan wacana yang tak lagi hanya menc
ari, melainkan juga memberi dan
diberi makna.



Friday-Saturday, Februar
y 18 - 19, 2000
At 20.00pm Indonesian Western Time Zone
Hitam Putih Theatrical Performance, Padang Panjang
"Menunggu" (Lo
nging)
Written/Directed By: Yusril
(In cooporation with CC
F Jakarta)


Menunggu (Longing)
The mass media tends to exploit blood an
d tears. Language can no longer be
understood. However, we know that the people are being slaughtered,
strangled and sucked dried. De-humanization process. Communication system
error. The mass media can no longer rep
ort anything, except being the
speaker of the ruling party.

The director of this show, Yusril, a lecture
r for theatre in STSI, Padang
Panjang realizes that in the end a theatre is a form of reflection of the
many and complex problems around us. The
on-stage actualization presenting
many symbols and characters which will hopefully be at the same meaning as
human freedom in the broadest sense of the word.

Properties will not only function as static settings but will also reflect
themselves: terror, junk, and the cemetery ground. Body language and
acrobatic scenes turn the play into a semiotic system in its own time and
space. All of esthetics elements are included into one media which no longer
only seeks but also gives and receives meanings.


(Indah M.Rafli)
(http://groups.yahoo.com/group/lintaseni/message/91)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer