Selama tiga hari berturut-turut, pada tanggal 3-5 Agustus 2012 lalu, drama musikal Menjemput Impian sukses dipentaskan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mengusung konsep perpaduan seni peran, seni tari, dan stop motion, drama yang mengisahkan asimilasi budaya Tionghoa dan Indonesia ini mendapatkan respon positif dari masyarakat. Ribuan tiket terjual habis seiring dengan wajah-wajah penonton yang puas terhibur seusai menyaksikan pementasan.
Adalah Yusril, S.S, M.Sn, seorang seniman dari Tanah Minang yang merupakan sutradara dari drama musikal tersebut. Keterlibatannya dalam Menjemput Impian berawal dari pertemuannya dengan Silvia Ong, seorang pelatih tari lulusan Program Master Penciptaan Seni Tari Institut Seni Surakarta, pada sebuah festival seni di Bali. Silvia Ong yang juga bertindak sebagai koreografer Menjemput Impian, saat itu melempar wacana mengenai keprihatinannya tentang akar budaya Tionghoa yang mulai terlupakan oleh generasi muda. Ternyata hal tersebut menarik minat Yusril.
“Saya sudah lama tertarik dengan kesenian Cina. Dan ceritanya menarik sekali. Bagi saya naskah ceritanya mirip dengan
background saya, Minangkabau, dimana masyarakatnya merantau dan berjuang untuk meraih kesuksesan di tanah rantau,” ungkap Yusril.
Menjemput Impian adalah pementasan drama bergaya realis pertama Yusril. Sebelumnya, karya-karya Yusril bersifat eksperimental seperti Tangga (2008), Aksioma (2005), dan Indonesia Darahku Tumpah (2004). Mengenai hal tersebut, Yusril berujar, “Saya penasaran dengan pertunjukan musikal yang berpihak pada penonton, setelah karya-karya saya sebelumnya bisa dikatakan merupakan pertunjukan yang tidak berpihak pada penonton.”
Yusril yang berdomisili di Sumatera Barat dan seorang Pembantu Dekan 1 jurusan Teater Institut Seni Padangpanjang ini tidak berkeberatan bolak-balik ke Jakarta selama mempersiapkan pertunjukan Menjemput Impian. Baginya, kesuksesan drama realis musikal pertamanya ini merupakan salah satu pencapaian pribadi yang ingin diraihnya.
“Saya ingin tahu mengapa drama musikal semacam ini seringkali sukses di kota besar. Saya merasa tertantang. Melalui Menjemput Impian, kesimpulan saya adalah ternyata masyarakat kota besar sebenarnya butuh hiburan alternatif yang memang menghibur, setelah kesehariannya hanya dihibur dengan TV, dan lain-lain,” jelas Yusril.
Drama musikal Menjemput Impian yang berdurasi 2,5 jam ini dimainkan oleh para penari yang belum berpengalaman samasekali dalam dunia teater. Sejak di awal persiapan, hal tersebut bukan menjadi masalah bagi Yusril. “Semua orang bisa bermain drama realis. Saya percaya itu. Tidak ada kendala berarti mengenai kemampuan seni peran mereka. Saya malah merasa tertantang dan senang, bahwa ada orang-orang yang tidak hidup di dunia kesenian, namun tertarik dan berani untuk berkesenian,” tutup pria gondrong yang ramah tersebut. (Rike)
Sumber Internet: http://tourismnews.co.id/category/art-culture/menjemput-impian-bagi-sang-sutradara
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer